Universitas Katolik Soegijapranata, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai institusi pendidikan yang mempromosikan keharmonisan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia. Artikel ini akan mengupas bagaimana universitas ini turut berperan dalam membangun keharmonisan dan toleransi tersebut.
Menurut Rektor Universitas Katolik Soegijapranata, Prof. Dr. Pater Paskalis Bruno, O.Carm., pendidikan yang inklusif dan berbasis pada nilai-nilai keberagaman menjadi landasan utama dalam membentuk mahasiswa yang memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan. “Kami percaya bahwa melalui pendidikan yang inklusif, kami dapat menciptakan generasi muda yang dapat hidup berdampingan dengan damai meskipun berbeda agama,” ujar Prof. Paskalis.
Salah satu program unggulan Universitas Katolik Soegijapranata dalam membangun keharmonisan antar umat beragama adalah Program Studi Agama dan Lintas Budaya. Program studi ini tidak hanya membahas tentang agama Katolik, tetapi juga agama-agama lainnya yang ada di Indonesia. Dosen-dosen program studi ini pun berasal dari berbagai latar belakang agama, sehingga mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang keberagaman agama di Indonesia.
Menurut Dr. Maria Sumardjono, Dosen Program Studi Agama dan Lintas Budaya, “Melalui pembelajaran yang mendalam tentang agama-agama lain, kami ingin membentuk mahasiswa yang tidak hanya toleran, tetapi juga mampu membangun dialog antar umat beragama untuk mencapai perdamaian dan keadilan sosial.”
Selain itu, Universitas Katolik Soegijapranata juga aktif dalam mengadakan kegiatan-kegiatan dialog antar agama, seminar keagamaan, dan kegiatan sosial yang melibatkan berbagai komunitas agama. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis tentang toleransi, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berbagai upaya tersebut, Universitas Katolik Soegijapranata terus berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dalam membangun keharmonisan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia. “Kami berharap bahwa melalui pendidikan yang inklusif dan berbasis keberagaman, kami dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman,” tutup Prof. Paskalis.